Rabu, 10 November 2010
In:
curcol
God, give me 1 minute, please!
Jam sudah menunjukan pukul 20.00, karena besok akan ada ulangan matematika aku mencoba belajar mulai petang .
Ayahku belum juga pulang dari tempat temannya, sepertinya ada urusan yang harus beliau urus, maklum, sebagai pemimpin di sekolah terkadang ayahku punya berbagai masalah yang harus beliau share dengan temannya, sedangkan Ibu sedang menyetrika pakaian ayah, ibu dan adik, yang akan mereka kenakan esok hari ke Sarinah untuk acara open house.
Ketika mataku telah jenuh untuk menatap buku catatan matematikaku yang tak ada rupanya , dikarenakan aku malas mencatat , aku sudah enggan belajar, kantuk mulai mendera , dasar setan.. nggak tau besok ulangan apa, batinku. Kuputuskan untuk tidur saja, karena jika dipaksakan, ku yakin hasil belajarnya tidak akan maksimal .
Entah jam berapa ayah pulang dari tempat temannya. Yang aku tau, kejadian itu telah terjadi.
“Kakak, bangun.. papa kenapa itu” ucap mamaku dengan nada tinggi karena panik sambil menetuk pintu kamarku dengan kasar.
Mendengar mamaku panik, aku segera bangun, kulihat ayahku telah terkulai lemas, tak lama, ayahku sujud, dan…. passsss..
Dunia berhenti kawan. Aku seperti tak ada pegangan, aku seperti kehilangan sandaran, karena suatu hal yang belum kusampaikan, ibuku berinisiatif untuk membawa ayahku ke rumah sakit terdekat. Aku dan adikku menunggu cemas di rumah. Di satu sisi aku memohon keajaiban Tuhan, tapi di sisi lain aku yakin ayahku tak tertolong karena pertolongan diberikan terlalu lama.
Di tengah-tengah doaku dan adikku, telepon berdering, aku yakin itu pasti ibuku, dan pasti ada berita baik untukku dan adikku, batinku.
“hiks…. hikss…."
Yang kudengar hanya tangisan, ini suara ibuku, ternyata pemikiranku salah, telah terjadi sesuatu dengan ayahku. Ibuku tak sanggup berkata-kata. Genggamanku pada telepon mulai mengendur, dan akhirnya, kututup telepon itu, kurangkul adikku dengan erat, aku tau, itu terlalu berat untuknya, saat itu dia masih berada dibangku 1 SD. Sepertinya adikku mengetahui bahwa terjadi sesuatu dengan ayah kami. Dia menangis sejadi-jadinya. Kami menunggu ibu pulang membawa ayah dengan rasa haru yang tak terbendung.
Tak ada kata, tak ada pesan. Itu yang membuat kami bersedih, ayahku cukup pendiam, tak ada kata yang terucap sia-sia dari mulutnya.
Ya Rabb’.. andai aku beri 1 menit untukku sebelum kejadian itu, aku ingin sekali berkata, “Papa, meski papa selalu meminta aku untuk perfect dalam segala hal, aku senang dengan itu, meski awalnya kupikir papa egois, papa mau menang sendiri, tapi aku sadar, papa hanya ingin mengajarkan aku keprofesionalan dalam belajar. Maaf selalu merepotkanmu, maaf terkadang aku melawanmu, maaf terkadang aku abaikan perintahmu. Tapi 1 hal Pap, AKU SAYANG PAPAAAA”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Semangat Kawan..... pasti semua yang terjadi adalah yang terbaik untuk kita.... semangat2.....
Posting Komentar